Aku ingin mencintaiMU setulusnya, sebenar-benar aku cinta dalam do'a, dalam ucapan, dan dalam setiap langkahku

Selasa, 24 Mei 2011

Turun Angkot

Kuliah hari Jum’at selesai saatnya pulang... yey.. hore semua bersorak riang
Libur telah tibaa, libur telah tiba.. hore 3x
Hatiku gembira.. *(terbawa suasana)
Kaya biasa aku sama leles (temen) naek kendaraan roda dua dengan kaki 4,, lho maksudnya?? Yup itu adalah sebuah delman (nama lainnya andong), ternyata ketemu sama Ana, Vina, sama Te Ayu,, oke perjalanan lancar sampai Cimindi.
Terus kita (aku sama leles) pisah sama mereka soalnya beda naek angkotnya, naek angkot jam ½  7 harus waspada juga takut ada macem-macemnya,  copet gitu misalnya ato mungkin mang angkotnya bawa kita kesuatu tempat terus kita diapa-apain misalnya dicuci mungkin otaknya (ngarang banget)..
Oke, kembali ke... angkot (versi Tukul) di angkot aku sama Leles ngobrol banyak, dari mulai ngomongin temen laen (gosip) biasalah cewe, sampe ngomongin temennya temen, terus temen temennya temen, temen temennya temennya lagi temen, akhirnya sampe yang paling kompleks ngomongin temen-temen (padahal biasa aja).
Karena rumah aku deket jadi naek angkotnya bentar, ditangan udah sedia ongkos angkot yang siap diserahkan pada mang angkot yang telah bersedia mengantar diriku dan Leles pulang menuju tujuan masing-masing (lebay), oke kata sandi yang berarti berhenti telah aku ucapkan dengan mantap “KIRI”, lalu aku mengucapkan selamat tinggal pada Leless “dadah” kemudian dia membalas dengan ucapan “dah”,
Waktu turun dari mobil yang berwarna hijau itu diriku hanya berfikir bahwa di suatu tempat dimana banyak becak-becak terparkir menunggu seorang penumpang dengan sabarnya disitu ada seorang bapa-bapa yang bberperawakan besar, dengan rambut nano-nano (dengan kontras warna putih-coklat-hitam-merah), menaiki mtor Mio berwarna merah dengan plat kuning, sedang menunggu seseorang yang memang benar orang itu bapakku..

Turun dari angkot dengan pikiran itu, dan ternyata banyak beca-beca yang nawarin, but I don’t care karena sudah ada yang menunggu, dan uang ongkos Rp. 1.500,00 masih di tangan (kok masih di tangan??).. ternyata oh ternyata diriku belum membayar ongkos angkot, dengan tampang watados (wajah tanpa dosa) aku kembali ke angkot yang belum berjalan 1 inci pun dari tempat menurunkan aku, Leles juga sudah memenggil namaku “des!!”, oke aku minta maap kepada mang angkotnya menyerahkan uangnya lalu pergi,, dan aku tahu pasti kalau setelah kejadian itu seisi angkot sedang menertawakan aku.. “hhh”

0 komentar:

Posting Komentar